Kamis, 23 April 2015

PLATYHELMINTHES


PRAKTIKUM V

Topik               :  Platyhelminthes
Tujuan            :   1.   Mengetahui ciri morfologi dari phyllum platyhelminthes.
                               2.   Mengamati ciri morfologi dari Fasciola hepatica
                              3.    Mengamati bagian-bagian tubuh/ciri morfologi dari Fasciola hepatica
Hari / Tanggal :  Kamis / 26-03-2015
Tempat            :  Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 


 I.            ALAT DAN BAHAN
ALAT    :
1.      Mikroskop
2.      Kaca benda
3.      Kaca penutup
4.      Kertas millimeter
BAHAN            :
Preparat/ awetan  Fasciola hepatica dan Hewan Planaria

II.            CARA KERJA
Cara mendapatkan Planaria : habitat di perairan sungai, danau yang jernih, aliran air tidak terlalu deras dan dangkal, berikan potongan daging/cacing tanah kecil pada sela-sela batu dan tidak terbawa aliran air, tunggu beberapa saat.
A.     Planaria
1.      Mengamati Planaria yang di letakkan pada cawan petri, yang telah di beri sedikit air dengan menggunalan loupe, gambarlah morfologi hewan tersebut dan amati bagaimana cara geraknya.
2.      Letakkan kertas millimeter di bawah cawan petri, catat waktu yang diperlukan untuk bergerak atau berjalan dalam jarak 1 cm.

B.     Fasciola hepatica
Letakkan preparat/awetan Fasciola hepatica, amati di bawah mikroscop struktur anatomi dari Fasciola hepatica, bagian mulut (anterior), system pencernaan, saraf, kelenjar vitellin, organ reproduksi dan gambarkan serta beri keterangan.
III.       TEORI DASAR
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani : platy + helmintes ; platy = pipih, helmintes = cacing. Bila dibandingkan dengan Porifera dan Coelenterata, maka kedudukan Phylum Platyhelminthes adalah lebih tinggi setingkat. Hal itu dapat dilhat dengan ciri-ciri yang dimiliki, sebagai berikut : tubuh bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, mempunyai auricle, arah tubuh sudah jelas, yaitu mempunyai arah anterior – posterior dan arah dorsal – ventral, bersifat triploblastik, sebab dinding tubuhnya sudah tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan lapisan endodermis, sudah mempunyai sistem syaraf  yang bersistem tangga tali, yang terdiri dari sepasang ganglia yang membesar di bagian anterior  dan sepasang atau lebih syaraf yang membentang dari arah anterior ke posterior, tubuhnya sudah dilengkapi dengan gonad yang telah mempunyai saluran tetap dan juga alat kopulasi yang khusus. Tetapi hewan ini masih tetap tergolong hewan tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah ( hermafrodit ).
Anggota dari Phylum ini yang telah dikenal meliputi 10.000 hingga 15.000 spesies. Dari sekian itu berdasarkan sifat-sifat khusus hewan dewasa, maka Phylum Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : kelas  Turbelaria, kelas Trematoda dan  kelas Cestoda.
Ø  Kelas Turbellaria (cacing pipih berambut getar)
         Permukaan tubuhnya bersilia, dan ditutupi oleh epidermis yang bersintium, hampir semua anggota kelas ini hidupnya bebas, hanya beberapa yang hidup secara ektokomensalis atau secara parasit,  tubuhnya dibagi atas segmen-segmen. Sebagian dari padanya dilengkapi dengan bulu-bulu getar, disamping itu juga dilengkapi dengan sel-sel yang dilengkapi dengan zat mukosa (lendir) Riwayat hidup cacing ini sangat sederhana. Contoh : Planaria, Bipalium.

Ø  Kelas Trematoda (cacing hisap)
         Mempunyai 2 alat hisap, yaitu alat penghisap oral dan ventral. Hampir semua Trematoda bersifat parasit terhadap hewan vertebrata baik secara ekto maupun secara endoparasit. Tubuhnya tidak dilengkapi oleh epidermis maupun silia (kecuali fase larvanya). Tubuh berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat penghisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula. Contoh : Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum.

Ø  Kelas Cestoda (cacing pita)
         Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermafrodit. Tubuhnya  terdiri atas kepala (skolek), leher dan proglotid yang ukurannya makin besar dan makin dewasa ke arah belakang. Makanan diperoleh dengan menyerap zat makanan dari inangnya melalui seluruh tubuh. Contoh : Taenia solium.


V.     ANALISIS DATA
1.      Planaria sp
Klasifikasi :
Kingdom      : Animalia
Pylum           : Platyhelminthes
Classis          : Turbellaria
Ordo             : Tricladida
Family          : Tricladidae
Genus           : Planaria
Species         : Planaria sp
(Sumber : Verma, P.S., 2002)
Planaria sp dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas Turbellaria (cacing berbulu getar) pada umumnya. Planaria biasa disebut dengan istilah Euplanasia atau Dugesia. Planaria hidup bebas di perairan air tawar yang jernih, lebih suka pada air yang tidak mengalir. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air dan lain-lain.
Planaria sp memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Bentuk tubuhnya adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk agak meruncing. Panjang tubuh cacing pipih ini sekitar 5-25 mm. Bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada tubuh sebelah ventral. Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria sp dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian Planaria sp tidak dapat melihat.
Pada bagian pertengahan tubuh Planaria sp bagian ventral ke arah ekor, ditemukan lubang mulut. Sedangkan di bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral ditemukan zona adesif. Zona adesif tersebut menghasilkan lendir yang liat, yang berfungsi untuk melekatkan tubuh cacing ini ke permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral daripada tubuh ditutup oleh rambut-rambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan.
Planaria spberkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Planaria sp akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu, pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah batu-batu atau daun. Biasanya cacing ini hidup berkelompok antara 6-20 ekor. Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur. Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior–posterior dan dorsal–ventral.
Sistem saluran pencernaan makanan Planaria sp terdiri dari : mulut, pharynx, esofagus dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan pertengahan agak ke arah ekor. Sistem eksresi pada Planaria terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyam-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel api atau flame-cell. Flame sel atau sel api tersebut terletak tersebar di antara sel-sel tubuh lainnya terutama di bagian mesenkim. Adapun fungsi sel-sel api ini adalah sebagai alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme zat nitrogen dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal. Planaria sudah memiliki alat indera yang berupa bintik mata dan indera aurikel, yang keduanya terletak di bagian kepala. Planaria bersifat hermafrodit, yaitu terdapat alat kelamin jantan maupun alat kelamin betina dalam satu individu.
Sistem eksresi pada Planaria terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyam-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel api atau flame-cell. Flame sel atau sel api tersebut terletak tersebar di antara sel-sel tubuh lainnya terutama di bagian mesenkim. Adapun fungsi sel-sel api ini adalah sebagai alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme zat nitrogen dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.

2.      Fasciola hepatica
Klasifikasi :
Kingdom   :  Animalia
Phylum      :  Platyhelminthes
Classis       :  Trematoda
Ordo          :  Digenea
Familia     :  Digeniadae
Genus        :  Fasciola
Species      :  Fasciola hepatica
(Sumber : Verma, P.S. 2002)
Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum ini, lendir yang terdapat pada cangkang keong air tawar (Helix pomata) yang dipecahkan, kemudian diamati dengan mikroskop, kami  menemukan fase hidup dari cacing hati (Fasciola hepatica) yang berbentuk serkaria.
Fasciola hepatica atau cacing hati sebagai wakil dari Class Trematoda, yang biasa hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi dan lain-lainnya. Mulut terletak disebelah anterior. Disekitar mulut terdapat alat hisap. Alat ini juga terdapat didaerah ventral. Kedua alat itu berfungsi sebagai alat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat akhir posterior, kecuali itu terdapat lubang lain sebagai akhir dari saluran Laurer.
         Menurut literatur, cacing ini dapat menghasilkan telur sampai 500.000 butir telur. Telur yang dihasilkan keluar dar hati sapi ke usus sapi melalui saluran empedu dan di usus akan bercampur dengan kotoran. Jika sapi mengeluarkan kotoran, telur-telur cacing akan ikut keluar dan menetas di parit atau di sungai. Telur yang menetas tersebut akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut dapat berenang hingga bertemu dengan siput air. Kemudian larva tersebut menempel pada mantel siput. Di dalam tubuh siput, mirasidium kemudian berubah menjadi sporokista. Sporokista secara partenogenesis (menghasilkan individu tanpa perkawinan) akan menghasilkan larva lain yang disebut redia. Selanjutnya, redia melakukan partenogenesis menghasilkan beberapa larva ketiga yang disebut serkaria. Semua proses itu berlangsung di tubuh siput air. Sporokista dan redia memperbanyak diri secara aseksual. Sporokista menghasilkan banyak redia dan redia menghasilkan banyak serkaria. Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, kami tidak menemukan satu pun bentuk daur hidup cacing hati (Fasciola hepatica) pada lendir yang terdapat dalam tubuh siput air.
Sistem pencernaan sederhana, dimulai dari mulut, pharynx yang merupakan saluran pendek, esophagus, usus yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior sebelah-menyebelah dalam tubuh. Hewan ini tidak memiliki system sirkulasi, maka bahan makanan diedarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat hisap dilengkapi dengan otot-otot, sehingga menempel dengan erat pada hospes. Otot ini terusun atas 3 lapisan di bawah ektoderm : (1) lapisan luar melingkar (2) lapisan tengah (3) lapisan dalam yang diagonal.
Sistem ekskresi pada Fasciola hepatica terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel api. Pada masing-masing tubuh terdapat beberapa pembuluh pengumpul  yang membentang longitudinal.
Tubuh Fasciola hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Ektoderm mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar.  Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Disamping itu terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.
Alat reproduksi jantan terdiri atas : sepasang testis, dua pembuluh vas diferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi dan penis. Alat reproduksi pada betina terdiri atas : saluran tunggal ovarium, saluran oviduct, kelenjar pembungkus ovum, saluran vetelline, kelenjar yolk, dan uterus.

VI.   KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan  dan analisis data. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Planaria sp (cacing pipih) termasuk dalam phylum Platyhelminthes dan kelas Turbellaria.
2.      Planaria sp memiliki bagian tubuh dorsal dan ventral.
3.      Planaria sp sudah memiliki alat indera seperti bintik mata, mulut dan aurycle. Mulut terdapat pada bagian ventral sedangkan bintik mata terdapat pada bagian dorsal.
4.      Sistem reproduksi pada Planaria sp secara seksual dan aseksual, aseksual dengan regenerasi dan seksual dengan fertilisasi.
5.      Saluran pencernaan Planaria sp terdiri dari mulut, faring, usus, dan tidak mempunyai anus.
6.      Sistem ekskresi Planaria sp  adalah melalui rongga yang terdapat pada permukaan tubuhnya.
7.      Fasciola hepatica merupakan salah satu contoh anggota phylum Platyhelminthes.
8.      Bagian-bagian morfologi Fasciola hepatica terdiri dari mulut, penghisap, tuhuh, dan saluran ekskresi.
9.      Bentuk dari tubuh Fasciola hepatica berbentuk seperti daun yang pada bagian anteriornya terdapat alat penghisap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar